Sabtu, 01 Mei 2010

PMBD LOTIM

HILANGKAN ANGGAPAN BANGKIT DARI KETERPURUKAN

HR. Adailami: Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia.
Cercaan, hinaan, anggapan negatif, apapun namanya, seakan telah menghancurkan kobaran semangat ndai doho ta dou mbojo. Banyak isu negatif yang harus menjadi perhatian dan perlu disikapi dengan hati yang tenang ndai doho sama weki. Hari, minggu, bulan ndai doho ta, ta waura lewati mboto tantangan, cobaan, ujian, bahkan sampai saat ini-pun golongan-golongan tertentu masih dilekatkan sifat primodialisme terhadap ndai doho ta dou mbojo. Sulit bagi yang tau, masa bodoh bagi yang acuh. Mai ra cina ro angie ta ka tu’uku sama weki menjunjung semboyang Maja Labo Dahu menepis segala macam anggapan yang datang. Paling tidak merenungkan butiran kata dalam Hadits diatas mengajar dan menjadikan kita sebagai hamba yang bersabar. Katanya, sekali lagi ini katanya..!!! “kalah untuk menang harus diterima dengan lapang dada”, konsep ini mungkin akan dibantahkan bagi ndai dohomu ma merasa diri kritis yang tidak ingin selalu disuapi dan dinina bobokan oleh doktrin, tapi yang lain bagaimana? Mboto ma nggahi bahwa saat ake ndai doho ta ta wa’ura se-level labo dou ma kalai bahkan ese mai ba dou ede, tetapi jika ada pertanyaan yang dilontarkan pada kalian tentang *sudah banggakah kalian dengan tingkatan level yang saat ini kalian miliki?* sombong dan angkuh akan menyelimuti kita jika ego ini melekat pada diri kita. Ra ngoa ba dou matua doho ta cina ro angi sama weki, paling tidak na wara ku sama na ra ngoa na ake “oe anae, ma mori si ta rasa dou aina nefa tana’o labo sambea” sederhana diucap tetapi sulit dilaksanakan mai ta fiki sama menaku Nggahi Rawi Pahu. Ta wi’iku ta dei ade bahwa “Dou loa, Nahu-pun Loa”.
Masalah ndai doho
Pergolakan kebijakan lembaga pendidikan STKIP sampai saat ini seakan mendeskriminasikan mahasiswa pindahan dari STKIP cabang Bima, betapa tidak:
1. Terjadinya pengkotakkan atau lebih enak disebut dikotakkannya mahasiswa Bima dan Lombok salah satunya pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.
2. Anggapan terhadap Mahasiswa Bima yang sampai saat ini lemah dari segi penguasaan materi dan lemah dari segi moralitas sebagai seorang pendidik yang terdidik.
3. Kesosialan yang belum tampak pada mahasiswa Bima dan masih banyak persoalan-persoalan lain yang harus diperhatikan oleh berbagai macam pihak.
Pala na waraku sabua masalah wali ke cina ro angie, ma watipu loa co’o ba ndai doho ta Dou Mbojo ra Dompu, mboto ma keluh kesah dengan berbagai kebijakan (sosial, pendidikan). Betapa tidak dikeluh-kesahkan, karena kita selama ini tidak pernah dihadapkan dengan kondisi seperti ini semasa kita berada dibawah naungan STKIP dan STIT Sunan Giri Bima di Bima. Satoi sanari wa’ura ka ”irae mboto tugas”, ”irae ncoki kuliah”, ”dosen ma ndede, dosen mandake”, trus kalau begini kondisinya apakah kita harus selalu bermandikan keluh kesah yang tidak berujung? Sampai-sampai kita lupa akan kewajiban kita sebagai makhluk sosial dan makhluk bertuhan. Ta ka wara menaku weki cina ro angie,, sampai-sampai ta dei weki ndai doho dou mbojo wara ma nggahi ”ta be si ruma re?”, ”nahu watipu akuiku bahwa nahu ra ka ndadi ba ruma”na’udzubilah. Mai katu’u menaku weki ka samakai ndei ru’u dana Maja Labo Dahu & Nggahi Rawi Pahu.